MODE tetap mode, miliknya mode. Manusia tetap manusia miliknya Allah. Seorang putri yang inabah, seiring hati yang semakin istiqamah dan thayyib, akan termotivasi untuk berjilbab secara benar. Alah SWT berfirman, "Hai Nbi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, 'HendakLah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka'. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang." QS.al-Ahzab (33):59
Berjilbab adalah kewajiban dan konsekuensi seorang muslimah. Sebagai muslimah, menjilbabi hati dan badan merupakan satu kesatuan, tidak boleh dipisahkan. Ada yang berpendapat bahwa yang terpenting adalah menjilbabi hati dulu, sebelum menjilbabi badan,sambil menunggu kemantapan hati. Ada yang berpandangan, menjilbabi badan dulu, secara otomatis hati dijilbabi. Alasannya macam-macam. Ada yang takut setelah nanti berjilbab akan mempermalukan jilbabnya. Ada yang ingin memantapkan hati dulu karena masih setengah hati. Berbagai contoh dapat kita cermati. Motivasi berjilbab karena mengikuti mode. Motivasi berjilbab karena mengikuti tren. Motivasi berjilbab karena kedok atau ditimpa kesedihan dan sebagainya.
Ujung-ujungnya, siapa yang eror dipertanyakan. Berjilbab tapi pusarnya nongol, pantatnya mengintip. Celana panjang ketat, blus ketat, kerudung asal nempel. Orang awam akan berkomentar “Wuih..jilbaban kok gitu!”, “Jilbaban kok tengil”, “setelah jilbaban berubah jaim”, atau “setelah jilbaban malah dapat masalah bertubi-tubi”
Tenane……beneran ini jilbaban? Tapi kok malu sama diri sendiri, seolah suara hati menertawakan, dan seterusnya. Padahal, tidak pernah ada yang salah dari jilbabnya. Yang patut dipersalahkan, kalau memang perlu disalahkan adalah human eror-nya. Sangat manusiawi jika manusia berbuat keluputan, seperti kealpaan, keterbatasan, dan penuh kekurangan karena berbagai alasan.
Menurut surat al-Ahzab tadi, semua kaum muslimah wajib berjilbab. Bila kita berjilbab berlandaskan niat lillahi ta’ala –untuk menjalankan perintah Allah SWT—insya Allah, kita akan diberi kemudahan, kelapangan dan kebaikan. Dengan berjilbab, hati akan ditundukkan oleh ketentuan Allah Swt.
Rasulullah Saw bersabda, “Hai Asma, sesungguhnya anak wanita itu kalau sudah sampai datang bulan, tidak pantas terlihat tubuhnya, kecuali ini dan ini”. Beliau berkata demikian sambil menunjuk muka dan telapak tangannya. (HR.Abu Daud)
Semoga apologi umum mengenai keengganan mengenakan jilbab atau enggan menggunakan jilbab secara benar ditepiskan dengan cahaya hidayah dari Allah Swt.
Ya, kita memang tidak tahu kapan kita akan mati.
Setelah membaca ini, bisa saja tiba-tiba kita mati. Atau, nanti sore ketika sedang jalan keluar. Mungkin juga, nanti malam, ketika kita sedang pulas tertidur, kondisi di mana kita masih belum bertaubat. Kelalaian yang menjauhkan diri dari kasih sayang Allah Swt. Sebelum kematian datang menjemput dan menjadi penyesalan yang tak mungkin terbayar dengan pengampunan lagi, sudah saatnya kita menolong diri sendiri dan melakukan tindakan penyelamatan. Berhijrah memenuhi kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh muslimah, yaitu menutup aurat secara syar’i.
Masih banyak ikhwan shalih di dunia ini yang bakal menjadi pendamping dan imam bagi rumah tangga nanti, yang mengerti pentingnya berjilbab. So buruan pertimbangkan ulang, apakah tipe ikhwan yang alergi bahkan sanggup melarang kalau diri kita hendak berjilbab benar-benar sayang/peduli dengan keberadaan kita? Apakah dia benar-benar orang yang tepat (berkualitas dari segi iman dan Islam) untuk diajak ta’aruf kelak? Renungkan, deh. Kalaupun factor penghalang itu lingkup pekerjaan yang tidak membolehkan berjilbab, tinggalkan saja. Allah telah menjamin dan sangat adil dalam membagikan rezeki-Nya. Tidak perlu khawatir bertahan dijalan Allah. Tidak perlu minder menunjukkan eksistensi kita sebagai muslimah berjilbab karena Allah berfirman. “……Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu......”(QS.al-Hujurat {49}:13.
Undang-undang islam diterapkan dan ditetapkan tanpa membedakan antara muslim dan non-muslim. Sumber dari segala hak asasi manusia dalam Islam adalah Allah. Karena bersumber dari Allah tak seorangpun dapat membatasi atau melanggar hak asasi manusia, termasuk dalam hal penggunaan jilbab yang terkadang masih dilarang di lingkungan pekerjaan tertentu.
Ilfil dong melihat orang berjilbab tetapi butek atau ngelombrot? Agar punya aksi girly, tetapi tidak meninggalkan aturan berjilbab yang benar, sering-sering deh perhatikan info mode. Ingat batasan-batasan berjilbab secara syar’i supaya tidak saltum (salah kostum). Bukankah kita tidak menghendaki upaya yang tanggung, apalagi sia-sia? Batasan yang selalu kita ingat adalah kembali kepada ridha Allah, bukan kembali ke mode. Tapi jangan pula karena tulalit mode, atasan biru dipadu rok kuning, dikerudungn merah. Aduh…., pelangi…. Pelangi… alangkah indahmu!
Supya istiqamah dalam berjilbab, nggak ragu-ragu melulu bawaannya, baca yang ini berulang-ulang, “Hasbunallaahuwa ni’mal wakiil (cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung)” dan “Ni’mal maulaa wa ni’man nashiir (Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong).”
Selasa, 25 Agustus 2009
GOOD BYE PAKAIAN KURANG BAHAN
Diposting oleh shie_ata di 20.43 0 komentar
Langganan:
Postingan (Atom)